Langsung ke konten utama

MUHAMMADIYAH DAN TANTANGAN TEKNOLOGI MAJU


Oleh Puji
Mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Agama Islam UMM Dan Guru Pendidikan Agama Islam SDN Kebonsari 2 Kota Malang

Berbicara tentang Muhammadiyah tentu tidak terlepas dari peranan dan kontribusinya dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Telah kita ketahui Muhammadiyah sejak awal dari sejarah berdirinya bukan merupakan suatu pergerakan yang bergerak dalam bidang pendidikan, akan tetapi sebuah kontribusi buah pikiran dan rasa  simpatik dari seorang Ahmad Dahlan terhadap realita lingkungan yang terjadi kala itu. Ahmad Dahlan berusaha mengimplementasikan dari ajaran Al Ma’un yang merupakan pondasi dari buah pemikiran yang menggabungkan rasa simpati, empati dan realita sosial yang terwujud secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga lahir salah satu ragam transfer pengetahuan kepada masyarakat tentang keislaman yang benar ketika itu.

Masyarakat yang berbasis Islam kejawen banyak mendominasi kala itu sehingga Ahmad Dahlan berusaha merubahnya dalam pola pikir Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, terbebas dari kemusyrikan dan tahayul. Usaha beliau membuahkan hasil yang sangat gemilang sehingga beliau mampu mendirikan persyarekatan yang beliau beri nama dengan Muhammadiyah.  

Keberhasilan Ahmad Dahlan dalam merombak tatanan masyarakat dari pola pikir Islam yang irasional menuju ke pemikiran yang rasional merupakan catatan yang luar biasa bagi perkembangan Keislaman di jaman itu yang jauh dari penggunaan teknologi canggih. Namun kenyataannya mampu merombak tatanan pola pikir masyarakat pada saat itu. Berbeda dengan jaman sekarang yang lebih dominan penggunaan teknologi  dalam mengakses semua data apapun jenis kegiatan yang dilakukan.

Muhammadiyah di awal berdirinya pun tidak terlepas dari peranan pendirinya yang merupakan seorang saudagar batik yang mapan dalam kehidupannya serta toleran dalam kesehariannya sehingga menjadikannya banyak relasi yang dihimpunnya. Akan tetapi kemajuan teknologi di era industri maju ini menjadikan Muhammadiyah semakin tertantang untuk selalu terus berinovasi. Keadaan Muhammadiyah di awal berdirinya patut direfleksikan dengan kondisi kekinian Persyarikatan. Saat ini Muhammadiyah telah semakin berkembang dan ijtihad dalam mendorong kemandirian ekonomi terus berlanjut dengan mengelola amal usaha dan mendirikan unit-unit usaha. Hal ini sejalan dengan poin keenam dalam usaha Muhammadiyah yakni memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.

Di samping itu, Muhammadiyah di tengah masyarakat global juga perlu mengambil bagian. Hal ini juga sejalan dengan poin kesembilan dalam usaha Muhammadiyah yakni mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. Persyarikatan Muhammadiyah dengan ijtihad dan amal usaha yang dimiliki tentu menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam kancah nasional dan internasional. Sehingga Muhammadiyah harus terus bergerak maju dengan menawarkan gagasan konkrit dan strategis untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM) Muhammadiyah dalam menyokong Indonesia yang berkemajuan.
Menurut Achmad Zulfikar (Pemuda Muhammadiyah Kota Makassar) Saat ini Persyarikatan Muhammadiyah telah berkembangan sangat luar biasa dalam amal usaha yang dimiliki, diantaranya: Taman Kanak-Kanak/Taman Pendidikan Al-Qur’an mencapai 4.623 unit, Sekolah Dasar (SD)/MI mencapai 2.252 unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs mencapai 1.111 unit, Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA mencapai 1.291 unit, Pondok Pesantren mencapai 67 unit, Perguruan tinggi Muhammadiyah mencapai 171 unit, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll mecapai 2.119 unit, Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. mencapai 318 unit, Panti jompo mencapai 54 unit, Rehabilitasi Cacat mencapai 82 unit, Sekolah Luar Biasa (SLB) mencapai 71 unit, Masjid mencapai 6.118 unit, Musholla mencapai 5.080 unit dan Tanah mencapai 20.945.504 m². (Muhammadiyah.or.id, 2018). Selain itu, Persyarikatan Muhammadiyah juga telah memiliki unit usaha diantaranya: percetakan, penerbitan, kerajinan, makanan olahan dan sebagainya. Proses ini berlangsung terus sampai hari ini. Kiprah Muhammadiyah di berbagai daerah, relatif memiliki unit usaha ekonomi yang lengkap. Mulai unit usaha yang menggarap permodalan dari yang mikro berupa usaha bersama, koperasi, Baitul Mal (BMT) sampai yang tingkat menengah berupa Bank Perkreditan Syariah, unit usaha produksi juga berkembang, termasuk usaha tani, kerajinan dan industri. Unit usaha perdagangan dan distribusi juga berkembang dari yang bersifat eceran atau retail sampai perdagangan menengah dan besar. (Sutan, 2012:6). Artinya  Secara kelembagaan, Persyarikatan Muhammadiyah juga mengembangkan “model praksis gerakan” yang merupakan ikhtiar mempertajam dan mengembangkan usaha (amal usaha, program dan kegiatan) kearah yang lebih baik, berkualitas, dan berkeunggulan sehingga menjadi model yang dapat direplikasi di seluruh lingkungan Muhammadiyah. Model praksis gerakan dalam bentuk program unggulan atau program yang direvitalisasikan diharapkan mempunyai dampak strategis bagi kemajuan Muhammadiyah. Model praksis gerakan ini dapat meningkatkan keunggulan komparasi dan kompetisi Muhammadiyah secara objektif dan elegan. (Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2015:9-10)

Persyarikatan Muhammadiyah dalam merespon tantangan dunia kerja tentu tidak luput dari kompetisi teknologi globalisai dunia. Persyarikatan Muhammadiyah telah memasuki usia yang ke-110 tahun dalam kalender Miladiyah, sedangkan 107 tahun dalam kalender Hijriah pada tahun 2019 sekarang. Memasuki abad teknologi industri sekarang persyarikatan Muhammadiyah tentu memiliki tantangan baru yang semakin kompleks dan beragam. Salah satunya merespon tantangan dunia kerja dan kompetisi global. Saat ini Persyarikatan Muhammadiyah makin berkembang dengan usaha dan kegiatan di berbagai bidang seperti lembaga pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, dan model-model dakwah atau misi gerakan lain yang lebih maju dan diminati masyarakat luas. Banyak hal yang dulu dipelopori Muhammadiyah kini dikembangkan pihak lain yang boleh jadi jauh lebih baik dan kompetitif. Jika berbagai macam kecenderungan tersebut tidak diantisipasi dan dihadapi Muhammadiyah dengan usaha-usaha yang kreatif, inovatif, dan menjadi salah satu alternatif yang lebih unggul atau kompetitif maka pelan tapi pasti Muhammadiyah akan ketinggalan dan tidak tertutup kemungkinan ditinggalkan masyarakat.

Pada saat ini tantangan teknologi maju dapat dijawab oleh Muhammadiyah dengan berbagai inovasi dan kreatifitas yang sesuai dengan perkembangan teknologi maju di era sekarang ini. Diharapkan kelak di masa yang akan datang mampu mengangkat perekonomian manusia Indonesia khususnya bagi warga Muhammadiyah. Sekaligus menjadi alternatif dalam menghadapi perekonomian global yang tidak mengenal belas kasihan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUHAMMADIYAH, NEOKOLONIALISME-IMPERIALISME

            Memasuki awal abad 20 kesadaran kolektif bangsa Indonesia untuk segera lepas dari kolonialisme bangsa Belanda semakin menguat, di awali dengan kelahiran organisasi pemuda Budi Utomo pada tangal 20 Mei 1908 kemudian di ikuti oleh beberapa organisasi lainnya. Sebagai bangsa terjajah menjadikan kondisi bangsa Indonesia berada pada titik terendah, segala akses menuju manusia “sebenarnya” nyaris tak di temukan, akses menuju perekonomian yang baik tak kunjung di dapat, akses mendapat Pendidikan juga mengalami kebuntuan utamanya mayoritas pribumi, terutama akses mendapatkan hak sebagai warga negara yang di dalamnya termasuk kebebasan menjalankan kehidupan beragama. Inilah sebuah permasalahan bersama yang terus dirasakan bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia pada saat itu.             Permasalahan-permasalahan yang sedemikian kompleks inilah yang kemudian mela...